Selasa, 14 Maret 2017


Kisah Bus Efisiensi Si Pengguna Telolet Pertama Bertahan di Jawa



Telolet mendadak mendunia. Tak hanya linimasa Twitter Jokowi yang diserang demam telolet, tetapi bahkan menjamah akun milik tokoh-tokoh dunia. Pertanyaannya, dari mana demam telolet ini bermula?

Pengguna telolet pertama ternyata adalah PO Bus Efisiensi. Si pemilik PO awalnya menyebut bunyi klakson khas itu sebagai tolelot, bukan telolet.

"Empat tahun lalu mulai rame anak-anak yang meminta telolet," kata Manajer Komersial PO Efisiensi Syukron Wahyudi, Rabu, 21 Desember 2016.

Ia menuturkan, awal mula penggunaan klakson telolet terinspirasi dari bus di Arab Saudi yang pertama didengar pemilik PO Efisiensi Teuku Eri Rubiansah. Saat pulang, Eri memasangnya di bus miliknya dengan trayek Purwokerto-Yogyakarta.

Bus Efisiensi kini menjadi salah satu moda transportasi paling diminati oleh warga Purbalingga, Purwokerto dan Cilacap. Tujuannya ke Yogyakarta dan sebaliknya.

Seperti yang biasa dilakukan oleh Kukuh Sukmana, warga Purwokerto yang bolak-balik ke Yogyakarta untuk menemui pacarnya. Ia menggunakan Bus Efisiensi karena kereta api seringkali penuh atau hanya bisa digunakan di jam tertentu.

"Kalau di jam tertentu dan mendadak harus pergi ke Yogyakarta saya menggunakan Bus Efisiensi," kata dia.

Sementara untuk menggunakan travel, kata Kukuh, waktunya terbatas dan harus memesan terlebih dahulu. "Kalau pesan mendadak, biasanya sudah habis dulu," kata dia.

Syukron Wahyudi mengaku pernah ada komplain dari pelanggannya soal kurang cepatnya Bus Efisiensi. "Lima jam merupakan waktu yang paling pas berdasarkan penelitian yang kami lakukan," kata dia.

Dengan waktu lima jam, baik trayek Purwokerto-Jogjakarta maupun trayek Cilacap-Yogyakarta, kecepatan bisa normal saja, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama. Syukron menyebutkan, waktu tersebut merupakan rata-rata perhitungan perjalanan bus dengan waktu tercepat dan waktu terlambat.

Syukron mengisahkan, Bus Efisiensi dimiliki oleh Teuku Erry Rubihamzah pada 1994. Trayek perdananya adalah Kebumen - Yogyakarta dengan satu unit bus saja. Erry sendiri yang menjadi sopir bus itu.

Lambat laun, usahanya semakin maju. Pada 1997, ia menambah dua unit busnya. Usahanya terus berkembang hingga ia mampu membeli tambahan tujuh bus besar pada 2000. Selain untuk angkutan penumpang, bus yang dimilikinya juga digunakan sebagai bus pariwisata.

Pada 2003, Erry mencoba melebarkan sayap dengan melayani trayek Cilacap-Yogyakarta. Saat itu, trayek tersebut belum ada pemain yang menggunakan bus patas AC. Jadilah Efisiensi menjadi pemain tunggal di trayek ini. Tak tanggung-tanggung, empat unit bus dikerahkan setiap harinya.

Sukses dengan trayek Cilacap-Yogyakarta, Efisiensi mencoba peruntungan di trayek Purwokerto-Yogyakarta. Ceruk di trayek ini cukup kompetitif.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar